Minggu, 04 September 2022

Ternyata Penyebab Utama Pemanasan Global Bukan Karena Asap Kendaraan dan Pabrik.

Mungkin kita kira jika kerusakan tanah hanya menyebabkan gagal panen pada pertanian. Sebenarnya kerusakan tanah juga juga bisa membuat perubahan iklim. Perubahan iklim ini bisa menyebabkan musim paceklik, banjir, kebakaran, bahkan tsunami. Bencana tersebut diperkirakan akan terjadi kurang dari 60 tahun. 

Kebanyakan mengira bahwa penyumbang carbon dioksida terbesar itu diakibatkan banyaknya pabrik dan asap kendaraan. Memang itu memnjadi sebuah sebab, namun itu bukan penyebab utamanya. 

Miliaran ton karbon yang tersebar diudara seharusnya terserap kedalam tanah dan tersimpan di dalamnya. Namun, sayangnya kegiatan yang sudah mendarah daging yakni penggunaan pupuk kimia dan pestisida pada sektor pertanian membuat tanah menjadi mati atau mikroba di dalamnya menjadi mati. 

Akibatnya, tanah bukannya menyerap karbon dioksida dan menyimpannya di dalam tanah, akan tetapi malah dilepaskan kembali ke udara. Dalam skala global, tanah memiliki karbon dioksida sekitar dua kali lebih banyak daripada atmosfer Bumi. Karbon itu tentunya akan berdampak besar pada planet Bumi. 

Selain itu, pupuk kimia juga mengandung nitrogen dioksida yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Namun, tidak semua nitrogen itu diserap oleh tumbuhan. Akibatnya, nitrogen terlepas keudara dan mengakibatkan pemanasan global. Nitrogen dioksida ternyata lebih kuat 300 kali lebih kuat dari karbon dioksida dalam memanaskan atmosfer. Sehingga peningkatan kadar nitrogen yang tinggi dapat memicu pemanasan global. 

Salah satu solusi untuk menyelamatkan bumi kita tentunya dengan cara menghentikan penggunaan pupuk kimia pada tanah dan tanaman. Kemudian menggantinya dengan pupuk organik, karena pupuk organik lebih bersahabat dengan mikroba di dalam tanah dan tidak membunuhnya, sehingga tanah pun dapat terselamatkan.

Lulus Kuliah Bukan Jadi Kuli

Menjadi hal yang sering di dalam benak pikiran bahwa, mengapa di saat lulus kuliah mengapa tidak kembali ke desa, tetapi justru malah pergi ke luar kota. 

Anggapannya bahwa kota merupakan tempat terbaik bagi mereka para intelektual muda. Di sana banyak pekerjaan yang menunggu bagi para sarjana muda. Namun itu hanyalah sebuah kebohongan, karena tetap saja akan ada persaingan yang ketat serta jumlah lapangan kerja yang tidak memadai. 

Mengapa para sarjana muda mengharapkan sebuah pekerjaan di luar kota, lelah mencari pekerjaan ke sana kemari akhirnya tak dapat juga. Jika dapat pekerjaan pun rasanya pekerjaan itu pasti tidak manusiawi, dimana harus bekerja diluar batas kewajaran apalagi dengan upah yang minim.

Para pencari kerja yang malang, haruskan ijazahnya di sia-siakan, dunia ini memang begitu kejam bagi mereka yang tak punya uang dan orang dalam. Pada akhirnya persaingan yang begitu ketat harus menyingkirkan mereka yang tak punya apa-apa. 

Memang tidak ada sebuah kesuksesan tanpa adanya perjuangan. Perjuangan dari titik nol menuju titik puncak, namun bukan berarti harus merendahkan diri didepan mata para korporat. Ijazah rasanya terlalu berharga jika diinjak-injak oleh mereka. 

Kita harus berpikir ulang mengenai apa itu kuliah, apakah kuliah itu sama dengan kuli yang sehabis kerja lalu mengerjakan apapun yang diinginkan oleh perusahaan. Lalu, apa yang kita pelajari untuk apa dikerjakan jika tidak ada hasil yang didapat. 

Banyak yang meras kecewa ketika lulus kuliah karena sulitnya mendapatkan pekerjaan. Ini sebenarnya persepsi yang salah sebenarnya, yang namany kuliah untuk mengembangan ilmu bukan jadi kuli. Kalau meu bekerja lebih baik langsung melamar ke perusahaan. Perusahaan tidak peduli seberapa besar nilai kamu dan dari mana kampusmu. Yang terpenting bisa kuat bekerja dan kuat mental. 

Menjadi seorang sarjana tentunya bukanlah menjadi seorang pekerja, apalagi menjadi seorang kuli. Seorang sarjana setidaknya bisa mengembangkan keilmuannya selepas kuliah menjadi seorang akademisi, atau menjadi seorang praktisi yang turun ke lapang. lalu memberikan sebuah kontribusi dan perubahan bagi masyarakat setempat. 

Dunia ini tidak seindah apa yang dibayangkan di sekolah maupun kuliah, yang seenaknya membicarakan tentang prospek kerja, gaji dan masa depan. Mahasiswa adalah agen perubahan bukan agen perusahaan.

Jumat, 02 September 2022

Seberapa Penting Sih Taman Kampus?


Seperti yang sudah kita ketahui salah satu tempat yang menjadi favorit dan sering dikunjungi oleh sejumlah besar orang adalah taman. Taman sendiri merupakan area dalam sebuah lingkungan yang mempunyai ruang dalam berbagai kondisi, meliputi lokasi, ukuran, iklim, dan kondisi khusus lainnya, seperti fungsi dan tujuan spesifik dalam pembangunannya.

Dan di lingkungan kampus tempat yang paling disukai oleh civitas akademika adalah taman kampus. Taman yang berada di area kampus, di sisi lain memiliki fungsi estetik, taman kampus juga memiliki fungsi lainnya yaitu, menjadi tempat yang nyaman untuk belajar, diskusi, maupun sekedar bersantai. Untuk itu, taman kampus bisa dimasukan ke dalam kategori taman publik aktif skala micro. 

Selanjutnya, fungsi vital taman kampus yaitu fungsi ekologis. Taman kampus yang berisi tanaman hidup memberikan keseimbangan terhadap ruang kampus yang dibangun dengan batu dan semen. Keseimbangan ini penting untuk membuat kampus jadi terasa lebih nyaman dan enak sebagai tempat diskusi, belajar, maupun bersantai bagi civitas akademika. Tanaman yang terdapat di taman akan memberikan kontribusi yang cukup penting untuk sirkulasi udara yang segar dan bersih bagi masyarakat kampus. Terlebih jika kampus yang kita tempati berada di perkotaan yang tingkat polusi udaranya cukup tinggi. Di tempat semacam ini, taman dapat berperan sebagai penyangga ekosistem dan sebagai suplai oksigen dan udara bersih yang menyehatkan.

Untuk itu, kiranya wajib bagi civitas akademica, baik mahasiswa, pengajar, maupun birokratnya untuk menjaga, melestarikan dan memanfaatkan semaksimal mungkin taman kampus.

Kamis, 01 September 2022

Kisah Pilu Petani Mitra Tebu, Janji Manis PT. Rajawali II yang Tak Semanis Tebu.




Pada tahun 2018 akhir PT. Rajawali II melakukan kerjasama untuk bermitra tebu dengan pihak 22 desa penyangga di dua wilayah, yakni kabupaten Indramayu dan Majalengka. Khususnya di wilayah Indramayu yang memiliki lahan HGU kurang lebih seluas 7000 hektar dan sebelas desa penyangga.

Dengan adanya sistem mitra ini diharapkan masyarakat bisa mensejahterakan masyarakat desa penyangga. Mereka tidak perlu modal untuk menanam tepu tetapi justru diberi modal oleh pihak perusahaan. Namun, pada kenyataan, janji-janji manis yang dilontarkan oleh PT. Rajawali II ini rupanya tidak seusai dengan faktanya. 

Melalui perjanjian kemitraan, PG Rajawali II membuat petani penggarap lahan menunggu satu tahun tanpa penghasilan dari lahan. Dalam surat perjanjian, modal yang dipinjamkan PG Rajawali II hanya diperuntukkan penanaman dan perawatan tebu. Modal tersebut tidak boleh digunakan untuk biaya berobat jika petani sakit, biaya makan sehari-hari, biaya sekolah dan biaya lainnya.

Sedangkan dalam prosesnya, pinjaman kerap datang terlambat sehingga petani harus menggunakan uangnya sendiri terlebih dahulu. Pak Yanto salah satu mitra tebu harus membayar bibit tebu sebesar Rp1.100.000 beserta biaya angkutnya dengan uangnya sendiri. Pak Yanto merasa belum mendapatkan modal untuk menggarap tebu. 

Dengan mekanisme kemitraan demikian, tidak heran jika petani di Desa Sukamulya melakukan perlawanan dengan menduduki lahan yang diklaim PG Rajawali sebagai lahan HGU. Sejumlah 120 petani di blok Sumur Melati di Desa Sukamulya menanam komoditas pertanian secara tumpang sari. Mereka menanam padi, pisang, cabai, dan kacang-kacangan.

Perlawanan mereka juga ditujukan kepada perangkat desa. Kuwu dan jajarannya cenderung mendukung kemitraan oleh PG Rajawali II melalui masifnya sosialisasi yang dilakukan kepada petani pada media Januari 2022.

Akibatnya, sejumlah petani yang menentang program desa tidak mendapatkan bantuan, misal bantuan sosial untuk terdampak Covid-19.

Jika membandingkan penghasilan petani padi dengan petani tebu, keuntungan lebih besar didapat dari petani padi karena masa tanam padi mencapai 2-3 kali per tahun. Sedangkan masa tanam tebu yang memakan waktu 8-12 bulan hanya bisa mencapai 1 kali per tahun. 

Satu hektar sawah yang ditanam padi dapat menghasilkan Rp40 juta dalam sekali masa tanam. Sedangkan, tebu, melalui mekanisme kemitraan yang dilakukan PG Rajawali II bervariasi. Berdasarkan akumulasi data SHU masyarakat mitra tebu di Desa Pilangsari, pendapatan yang diperoleh petani berkisar dari Rp400 ribu - Rp43 juta per tahun.

Melalui perjanjian kemitraan, PG Rajawali II membuat petani penggarap lahan menunggu satu tahun tanpa penghasilan dari lahan. Dalam surat perjanjian, modal yang dipinjamkan PG Rajawali II hanya diperuntukkan penanaman dan perawatan tebu.


Ternyata Penyebab Utama Pemanasan Global Bukan Karena Asap Kendaraan dan Pabrik.

Mungkin kita kira jika kerusakan tanah hanya menyebabkan gagal panen pada pertanian. Sebenarnya kerusakan tanah juga juga bisa membuat perub...