Mungkin kita kira jika kerusakan tanah hanya menyebabkan gagal panen pada pertanian. Sebenarnya kerusakan tanah juga juga bisa membuat perubahan iklim. Perubahan iklim ini bisa menyebabkan musim paceklik, banjir, kebakaran, bahkan tsunami. Bencana tersebut diperkirakan akan terjadi kurang dari 60 tahun.
Kebanyakan mengira bahwa penyumbang carbon dioksida terbesar itu diakibatkan banyaknya pabrik dan asap kendaraan. Memang itu memnjadi sebuah sebab, namun itu bukan penyebab utamanya.
Miliaran ton karbon yang tersebar diudara seharusnya terserap kedalam tanah dan tersimpan di dalamnya. Namun, sayangnya kegiatan yang sudah mendarah daging yakni penggunaan pupuk kimia dan pestisida pada sektor pertanian membuat tanah menjadi mati atau mikroba di dalamnya menjadi mati.
Akibatnya, tanah bukannya menyerap karbon dioksida dan menyimpannya di dalam tanah, akan tetapi malah dilepaskan kembali ke udara. Dalam skala global, tanah memiliki karbon dioksida sekitar dua kali lebih banyak daripada atmosfer Bumi. Karbon itu tentunya akan berdampak besar pada planet Bumi.
Selain itu, pupuk kimia juga mengandung nitrogen dioksida yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Namun, tidak semua nitrogen itu diserap oleh tumbuhan. Akibatnya, nitrogen terlepas keudara dan mengakibatkan pemanasan global. Nitrogen dioksida ternyata lebih kuat 300 kali lebih kuat dari karbon dioksida dalam memanaskan atmosfer. Sehingga peningkatan kadar nitrogen yang tinggi dapat memicu pemanasan global.
Salah satu solusi untuk menyelamatkan bumi kita tentunya dengan cara menghentikan penggunaan pupuk kimia pada tanah dan tanaman. Kemudian menggantinya dengan pupuk organik, karena pupuk organik lebih bersahabat dengan mikroba di dalam tanah dan tidak membunuhnya, sehingga tanah pun dapat terselamatkan.